Kisah Suroso dan Ustad Royani Digalang Kontras |
KARAWANG PORTAL – Dari peristiwa Talangsari, Lampung, yang terjadi pada 6-7 Februari 1989, masih ada tersimpan kisah yang belum terungkap. Antara lain tentang Suroso dan Ustad Royani yang berhasil digalang LSM Kontras, melalui Ujang dan Kabul. Ujang adalah nama lain Edi Arsadad, perwakilan Kontras di kawasan Lampung.
Suroso memang warga Talangsari. Dia tinggal bersama kedua orangtuanya, dan berdekatan dengan lokasi jama’ah Warsidi. Mereka sekeluarga bukan jama’ah Warsidi. Meski tetap menjalin hubungan baik sebagai tetangga.
Sebagai warga, Suroso pasti tahu bahwa hampir seluruh warga Talangsari tidak pernah terlibat kasus Talangsari 1989, tidak terlibat sebagai korban, apalagi sebagai pelaku.
Warga Talangsari justru merasa bersyukur, ketika aparat bertindak tegas terhadap komunitas Warsidi, mereka merasa dilindungi dan dibela alat negara dari ulah tak patut para pendatang asal Pulau Jawa.
Selama hampir tiga bulan, sejak Desember 1988 hingga Februari 1989, pendatang dari Jawa yang menamakan dirinya Mujahidin, cenderung mau mengatur-atur masyarakat, menetapkan adanya jam malam yang melarang warga keluar rumah.
Keberadaan komunitas Warsidi yang eksklusif dan sok ngatur membuat relasi sosial dengan penduduk asli Talangsari tidak harmonis, cenderung tegang.
SUROSO TERMAKAN IMING-IMING
Suroso tahu betul situasi ini. Namun, di era reformasi, Suroso berhasil digaet Jayus dan Kontras untuk mengungkit-ungkit kasus Talangsari 1989, yang diposisikan sebagai pelanggaran HAM berat. Apalagi ada iming-iming bakal ada dana yang cair sebesar tiga milyar rupiah, dan dana tersebut bisa dibagi-bagi diantara mereka.
Jayus adalah tokoh penting komunitas Warsidi. Lahan yang ditempati komunitas Warsidi adalah tanah milik Jayus yang dihibahkan untuk kepentingan pengajian jama’ah Warsidi.
Hal itu dilakukan Jayus untuk menunjukkan keseriusannya berhijrah dari kegelapan menuju cahaya Iman. Sebelum hijrah, Jayus adalah perampok bengis di wilayah Lampung. Dalam rangka menghindarkan diri dari sasaran petrus (penembakan misterius), Jayus pun mengaji kepada Warsidi, dan berhenti jadi perampok.
Latar belakang Jayus yang seperti itu, Suroso juga tahu. Tapi memang dasar watak Suroso yang negatif, begitu penilaian warga Talangsari, maka hatinya pun mudah digaet oleh Jayus dan Kontras. Karena ada iming-iming materi.
Warga Talangsari menilai Suroso sebagai sosok yang suka iri melihat keberhasilan orang lain, tetangganya sendiri, bahkan suka menghasut. “Suroso sepertinya melupakan Tuhan,” kata salah satu kerabat dekat Suroso.
Suroso dengan gigih berusaha mengajak warga Talangsari bergabung dengan dirinya bersama Kontras, mengungkit kasus Talangsari 1989. Namun, hanya beberapa warga saja yang terpedaya argumen Suroso.
Mereka yang berhasil diperdaya Suroso adalah warga Talangsari yang tidak tahu apa-apa. Yaitu, mereka menjadi warga Talangsari jauh setelah peristiwa itu terjadi, sekitar 10-15 tahun pasca geger Talangsari 1989 berkecamuk.
USTAD ROYANI
Dari segelintir warga Talangsari yang terpedaya gombalan Suroso, salah satunya adalah ustad Royani. Berasal dari Lampung Selatan, kehadiran ustad Royani di Talangsari, Lampung Timur, disambut positif masyarakat.
Karena, warga Talangsari butuh guru mengaji, sosok ustad yang bisa membimbing anak-anak dan orang dewasa membaca al-Qur’an, dan sebagainya. Saking antusiasnya, warga pun bergotong-royong membangun rumah untuk ditempati ustad Royani dan isterinya.
Namun sang ustad pun berhasil diperdaya Suroso. Menjelang Agustusan, Ustad Royani pernah menyampaikan gagasan Suroso kepada warga jama’ah pengajian, bahwa ada dana bantuan dari Kontras sebesar Rp 2 juta untuk menyelenggarakan Lomba Mengaji dalam rangka HUT RI.
Warga menolak. Karena, dengan urunan sebesar sepuluh ribu rupiah per KK saja, bisa dihimpun dana yang jumlahnya lebih besar dari itu.
Keberpihakan ustad Royani kepada Suroso dan perwakilan Kontras, Ujang dan Kabul, membuat jama’ah pengajian Bapak-bapak meninggalkannya. Satu per satu jama’ahnya hengkang.
Hal serupa juga terjadi pada jama’ah pengajian ibu-ibu yang dipimpin oleh istri ustad Royani.
Pengajian ibu-ibu berlangsung dua kali seminggu. Satu kali di masjid al-Islah yang didirikan AM Hendropriyono, satu kali lainnya di rumah warga secara bergantian.
Ketika pengajian ibu-ibu dijadwalkan berlangsung di rumah Siswoko, terbetik kabar bahwa Ujang dan Kabul dari Kontras akan hadir untuk bermusyawarah dengan jama’ah pengajian. Kabar itu membuat ibu-ibu membatalkan kehadirannya di rumah Siswoko.
Giliran berikutnya, ketika pengajian berlangsung di masjid Al-Islah, isteri ustad Royani menegur ibu-ibu karena tidak hadir pada sesi sebelumnya di rumah Siswoko.
Isteri ustad Royani juga menjelaskan, bahwa orang-orang Kontras itu baik-baik, dan suka menolong orang-orang yang tertindas.
Penjelasan isteri ustad Royani itu mendapat pertanyaan balik dari jama’ah, “Siapa sih orang di sini yang tertindas, dan siapa yang menindas?”
Ibu ustad menjawab, “tidak tahu…”
Akhirnya pengajian ibu-ibu itu pun bubar. Kalau toh tetap berlangsung, jama’ahnya hanya beberapa orang, itu pun warga pendatang baru. (tonto)
No comments:
Post a Comment
Karawang Portal | adalah tempat belajar blogger pemula dan profesional. Kamu bisa menemukan kami di sosial media berikut.
Note: Only a member of this blog may post a comment.