Viral 'Klepon Tidak Islami', MUI Minta Penyebar Isu Hoax Diusut |
KARAWANGPORTAL - Hello warganet Dilansir dari detik.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta penyebar isu makanan klepon tidak islami diusut oleh penegak hukum. Ada potensi melecehkan ajaran agama.
"Aparat penegak hukum perlu mengusut tuntas pengunggah dan penyebar unggahan di media sosial tersebut karena secara nyata telah menyebabkan kegaduhan. Termasuk elemen masyarakat yang menjadikan berita bohong itu sebagai bahan olok-olok yang menimbulkan permusuhan, kegaduhan, dan kebencian atas dasar suku, agama, ras, dan antargolongan," ucap Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Ni'am, saat dihubungi, Rabu (22/7/2020).
"Posting-an itu berpotensi melecehkan ajaran agama," ujarnya. Ni'am meminta masyarakat tidak ikut terbawa isu dan informasi salah tersebut. Jangan pula terpancing oleh posting-an soal klepon tidak islami itu.
"Meminta kepada masyarakat untuk tidak menyebarkan kabar hoax tersebut, tidak terprovokasi dan terjebak pada komentar-komentar yang melecehkan ajaran agama atau membangun stigma buruk terhadap ajaran agama serta narasi kebencian dan olok-olok yang bertentangan dengan hukum dan atau etika. Tidak menjadikan meme tersebut sebagai bahan olok-olok yang bisa berdampak hukum," ujarnya.
Kehebohan yang menyebut klepon tidak islami muncul di media sosial setelah akun Twitter @memefess menyebutkan bahwa jajanan tradisional dengan taburan kelapa itu bukanlah jajanan islami.
Terlihat gambar yang tersebar di media sosial dengan tulisan 'Kue klepon tidak islami. Yuk, tinggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami'.
Analisis: Isu 'Klepon Tidak Islami' Sengaja Dibikin Picu Kegaduhan
Isu klepon tidak Islami ramai dibahas di media sosial (medsos). Menurut analisis data Drone Emprit, isu klepon tidak Islami ini bisa gaduh bukan kepalang karena didorong sentimen persaingan Pilpres 2019 yang masih tersisa.
"Pendorongnya adalah residu Pilpres yang tidak kunjung hilang di publik. Orang sudah terpolarisasi," kata analis dan pendiri Drone Emprit and Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, kepada detikcom, Rabu (22/7/2020).
Melalui penelusuran di media sosial, Fahmi melihat narasi isu klepon tidak Islami ini mencoba membenturkan isu agama dengan isu budaya. Meskipun pemicunya adalah isu buatan, namun orang yang terpicu bukan reaksi buatan melainkan reaksi yang alami. Masing-masing merasa harus membela kelompoknya.
"Kebanyakan, mereka yang sudah kemakan sentimen ini langsung menuduh kelompok yang lain tanpa memakai daya kritis, langsung menuduh 'kadrun'. Itu dilakukan terus menerus, tren-nya makin lama makin banyak," kata Fahmi.
Kenapa persaingan Pilpres 2019 muncul sekarang? Fahmi menilai ini ada hubungannya dengan persiapan kontestasi terdekat yakni Pilkada 2020. Terlepas dari tujuan politik itu, isu primordial memang mudah sekali menyulut kegaduhan di medsos.
"Narasi awal kan soal budaya dan agama. Itu menghubungkan dengan budaya, dengan Nusantara. Jadi yang dipakai adalah, supaya ini viral itu gampang sekali: sebar saja isu agama dan benturkan dengan budaya," kata Fahmi.
Asumsi dasarnya, klepon adalah produk budaya dan Islam adalah agama. Bila dua hal itu dibenturkan, maka emosi banyak orang akan terpicu, atau istilah medsosnya adalah 'triggered'.
No comments:
Post a Comment
Karawang Portal | adalah tempat belajar blogger pemula dan profesional. Kamu bisa menemukan kami di sosial media berikut.
Note: Only a member of this blog may post a comment.