Membidik Telkom, Menembak Denny Siregar. Besok Mau Menembak Seword? |
KARAWANGPORTAL - Hello warganet di salin dari halaman Seword,com Menemukan
“celah” yang pas untuk masuk ke dalam sebuah permasalahan sangat
memerlukan keahlian dan kecerdasan untuk mampu memilah dari sekian
banyak kejadian yang terjadi, kejadian yang mana yang pas yang bisa
dipakai sebagai “celah”. Karena jika salah dalam memilih kejadian dan
ternyata kejadian itu tidak pas untuk dijadikan “celah”, resiko
mencelakaan atau merugikan diri sendiri pun akan menimpa.
Teori
yang saya ungkap di atas, saya terapkan pada kejadian Ahok dan Ratna
Sarumpaet. Dua kejadian yang mereka jadikan “celah” untuk membuat
kegaduhan di atas panggung perpolitikan. Pada kasus Ahok, saat ahok
kepeleset lidah membawa-bawa Surat Al Maidah di dalam pidatonya, mereka
melihat ini “celah emas” yang tidak boleh gagal didulang. Untuk
mendulang emas sebesar Ahok, mereka formasikan antara Rizieq Shihab,
Anies Baswedan dan Eep Saefuloh. Rizieq Shihab mengusung isu agama bahwa
apa yang Ahok lakukan adalah sebuah penistaan agama. Eep Saefuloh
mengusung isu “ayat dan mayat” dan Anies Baswedan diusung sebagai solusi
untuk melaksanakan ayat dan menyelenggarakan mayat.
Kejadian
Ahok ini sudah diperhitungkan dengan matang. Jika formasi Rizieq
Shihab, Anies Baswedan dan Eep Saefuloh gagal melengserkan Jokowi,
paling tidak Jakarta sebagai Ibu Kota Negara sudah dikuasai mereka.
Seharusnya
mereka berhenti dan nikmasi saja kemenangan menguasai Ibu Kota. TApi
ambisi untuk melengserkan Jokowi, dan memandang Jokowi adalah sebuah
ancaman karena mereka tak mau melihat adanya perubahan pada kehidupan
mereka sebagai raja Mafia, terus menguasai napsu durjana. Maka dicarilah
celah kedua. Tapi celah itu tak kunjung datang, sementara Jokowi sudah
hampir bisa dipastikan menang dalam Pilpres 2019. Maka mereka pun
mengambil keputusan untuk merekayasa sebuah kejadian.
Dipilihlah
kejadian muka bengep Ratna Sarumpaet pasca oplas, menjadi bengep karena
dianiaya. Cerita dan rencanapun disusun dalam waktu semalam dengan
mengusung jargon “Pemimpin rezim telah menganiaya emak-emak”. Sayangnya,
perhitungan mereka salah terhadap kejelian netizen +62 dan kecepatan
polisi bertindak. Hingga akhirnya celah kedua ini berubah menjadi
bumerang. Ratna Sarumpaet berakhir di penjara. Dan Jokowi memenangkan
Pilres 2019.
Bandarpun
murka! Biaya yang sudah dikeluarkan hilang dengan hasil yang sangat
mengecewakan. Dengan mata nanar, mereka membayangkan kehidupan di jaman
Jokowi yang akan penuh penderitaan. “Tidak! Tidak bisa kita harus
menerima kekalahan! Ganti strategi, pakai taktik “Sedikit demi sedikit
lama-lama menjadi bukit!”.
Mulai
dari menyebarkan pemahaman sesat tentang pasal-pasal di dalam RKUHP,
seperti istri bisa mempidanakan suami jika memaksa berhubungan, atau
ayam yang masuk pekarangan tentang bisa didenda hingga 10 Juta, lalu
kasus Novel Baswedan yang digaungkan sebagai bukti pengabaian Jokowi.
Dan tiba-tiba muncul Pandemi Corona! Namun, Jokowi tetap tak bisa
dikalahkan karena dilindungi undang-undang konstitusional.
Dan hari ini…
Mereka telah memilih Denny Siregar menjadi celah kedua seperti Ahok, namun dengan strategi yang berbeda.
Pada
Kasus Denny Siregar atau DS, saya tidak yakin, kalau DS adalah sasaran
untuk dijatuhkan. Terlalu kecil seorang DS ini. DS ini siapa memang?
Dulu Ahok adalah Gubernur Jakarta dan sahabat dekat Jokowi. Sedangkan
DS? Dia hanya pendukung militan Jokowi. DS hanya rakyat jelata yang
tidak punya kekuasaan apapun di dalam jajaran pemerintahan.
Tapi
jangan salah, orang kalau mancing ikan di kolam atau di laut sekalipun,
memangnya umpannya ikan hiu? Pasti pakai umpan cacing, bukan? Dan Denny
Siregar adalah “cacing” bagi mereka.
Status
media sosial yang ditulis DS adalah kerikil yang mereka lempar. Tapi DS
malah tambah nakal. Lalu mereka sebarkan informasi confidensial milik
Telkom dengan harapan DS akan menggugat Telkom karena telah melanggar
undang-undang atas bocornya informasi confidensial tersebut.
Dengan
sangat mudah orang menebak, "Telkom kalah telak karena bocornya
informasi pribadi pelanggan. Malaikat saja tak akan sanggup menolong
Telkom". Hampir semua orang menaroh taruhan mereka di atas kemenangan DS
di proses hukum melawan Telkom. Hingga masyarakat mulai terteriak,
"BUMN Sampah!". Kritikan dan hujatan dihujamkan tak hanya sebatas pada
Telkomsel saja, tapi Erick Thohir dan Jokowi pun ikut menerima krtiikan
dan hujatan. Dan itu yang menjadi target mereka!
Aaaaah
ternyata, DS itu cuma alat serang, bidikan mereka yang sebenarnya
adalah BUMN Telkom yang berada di bawah naungan Kementerian Komunikasi
dan Informasi, yang notabene berada di bawah Jokowi. Kalau DS berkeras
untuk berjibaku melawan Telkom di ranah hukum, para Bandar ini tak perlu
menurunkan jutaan umat turun ke jalan. Cukup menonton dari televisi
ukuran 105 inchi di rumahnya dan menunggu apa putusan hakim di
Pengadilan. Karena kalau putusan hakim memenangkan DS, maka mulai dari
Telkomsel, hingga Presiden Jokowi akan merasakan imbas kekalahan.
Tapi
apakah kasus DS VS Telkom akan menghentikan para pengkhianat bangsa ini
berhenti? Saya yakin tidak. Lalu siapa lagi pihak-pihak yang akan
mereka jadikan sasaran tembak? Seword? atau bahkan rakyat jelata yang
lahir dari batu? Entahlah... yang pasti mereka tidak akan berhenti
sampai Indonesia kembali dikuasai.Seword,com
No comments:
Post a Comment
Karawang Portal | adalah tempat belajar blogger pemula dan profesional. Kamu bisa menemukan kami di sosial media berikut.
Note: Only a member of this blog may post a comment.