Sejarah Wali Songo Sunan GRESIK Alias Maulana Malik Ibrahim |
Maulana Malik Ibrahim atau lebih dikenal dengan nama Sunan Gresik,
merupakan salah satu dari sembilan wali, pegiat syi’ar Islam di
Indonesia, khususnya di Jawa.
Merujuk kepada Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma, disebutkan bahwa
Maulana Malik Ibrahim adalah anak dari Syekh Jumadil Qubro, yang lahir
di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14.
Nama lain Maulana Malik Ibrahim selain Sunan Gresik adalah Syekh
Maghribi, dan Makhdum Ibrahim Al-Samarqandi. Orang Jawa menyebutnya
Asmorokondi.
Maulana Malik Ibrahim disebut-sebut sebagai wali pertama yang
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, sehingga dikenal sebagai wali
senior di antara para Walisongo lainnya.
Sebelum berdakwah ke tanah Jawa, Maulana Malik Ibrahim bermukim di
Champa selama tiga belas tahun. Beliau menikahi putri raja yang
memberinya dua putra, yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali
Murtadha atau Raden Santri.
Setelah cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, Maulana Malik
Ibrahim hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan keluarganya.
Beliau
menyebarkan Islam dimulai dengan mendirikan masjid di desa Pasucinan
(Suci), Manyar.
Sejak kecil, Maulana Malik Ibrahim tergolong anak cerdas dan alim, serta
berwatak mulia. Sesudah mendapat didikan agama dari Ayahnya, maka pada
abad ke-13 Masehi atau tahun 801 Hijriyah, Maulana Malik Ibrahim
ditugaskan Ayahnya untuk menjalankan dakwah Islam ke Asia Tenggara.
Dengan perahu layar Maulana Malik Ibrahim melintasi samudra luas demi
mentaati perintah Ayahnya. Hingga akhirnya sampailah Maulana Malik
Ibrahim di pelabuhan Gresik. Saat itu, pelabuhan Gresik merupakan salah
satu pelabuhan yang cukup besar di Asia Tenggara, bahkan menjadi Bandar
penting bagi Kerajaan Majapahit.
Setelah mendarat di kota Gresik, Maulana Malik Ibrahim memilih tempat di
sebuah desa bernama Leran. Di desa itulah, pada tahun 801 Hijriyah atau
tahun 1392 Masehi, beliau mulai menjalankan dakwah Islam.
Dalam waktu yang relatif singkat, keberadaan Maulana Malik Ibrahim dapat
diterima masyarakat setempat, bahkan beliau dijadikan juru damai ketika
ada anggota masyarakat yang berselisih.
Dalam berdakwah, Maulana Malik Ibrahim merangkul masyarakat bawah atau
kasta yang disisihkan dalam komunitas Hindu dengan berperan sebagai
Tabib, mengobati masyarakat secara gratis.
Sebagai tabib, beliau pernah
diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Champa atau Cempa.
Beliau juga berdagang dengan membuka warung yang menyediakan kebutuhan
pokok dengan harga murah. Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan
cara-cara baru bercocok tanam.
Upaya memperkenalkan Islam dilakukan beliau dengan cara tidak menentang
secara tajam agama dan kepercayaan yang hidup dari penduduk asli,
melainkan dengan memperlihatkan keindahan dan kebaikan yang diajarkan
Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk
Islam.
Keberadaan Maulana Malik Ibrahim pun kian eksis. Beliau kemudian
melakukan kunjungan ke Ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit
meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan
memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah
kini dikenal dengan nama desa Gapura.
Dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan
ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren di daerah itu,
yang merupakan kawah condrodimuko bagi estafeta perjuangan agama Islam
di masa-masa selanjutnya.
Pada tahun 1419 Masehi atau 882 Hijriyah Maulana Malik Ibrahim meninggal
di Gresik.
No comments:
Post a Comment
Karawang Portal | adalah tempat belajar blogger pemula dan profesional. Kamu bisa menemukan kami di sosial media berikut.
Note: Only a member of this blog may post a comment.