SEJARAH TRUNOJOYO TRAH KOLOPAKING |
Bermula dari pertemuan yang tidak direncanakan antara Bagus Kertowongso dengan Amangkurat I di kediaman Bagus Kertowongso, saat Amangkurat I sedang dalam pelarian karena dikejar-kejar pasukan Trunojoyo.
Ketika Sunan Amangkurat I memerintah, timbul ketidakpuasan para bangsawan keraton dan pemberontakan di beberapa daerah. Salah satunya Pemberontakan Trunojoyo, yang berhasil menduduki istana Mataram.
Dalam pelarian, karena merasa kurang sehat, Amangkurat I singgah di kediaman Bagus Kertowongso di wilayah Panjer. Di sini, Amangkurat I minta disediakan air kelapa.
Karena saat itu malam hari, Bagus Kertowongso kesulitan mendapatkan kelapa segar, maka yang disuguhkannya adalah air kelapa kering, yang dalam bahasa Jawa disebut kelopo aking.
Alhamdulillah, setelah meminum air kelopo aking itu Amangkurat I merasa lebih sehat, dan bisa melanjutkan perjalannya menuju ke Barat. Sebagai rasa terimakasih, Amangkurat I kemudian mengangkat Bagus Kertowongso menjadi Tumenggung dengan gelar Tumenggung Kelopo Aking.
Pemberian gelar Tumenggung Kelopo Aking kepada Bagus Kertowongso tentu tidak sembarangan, karena Bagus Kertowongso merupakan cicit dari Tumenggung ing Panjer pertama yaitu Ki Bodronolo (1642-1657) dan cucu dari Ki Hastrosuto (1657-1677) yang memiliki anak bernama Ki Curigo, ayah dari Bagus Kertowongso.
Seiring perjalanan waktu, penyebutan nama Kelopo Aking mengalami perubahan menjadi Kolopaking, dan digunakan secara turun temurun dalam keluarga keturunan Bagus Kertowongso hingga saat ini.
Tumenggung Kolopaking I menjabat antara tahun 1677 hingga tahun 1710. Tumenggung Kolopaking I digantikan oleh putranya Ki Bagus Mandingin yang bergelar KRT Kolopaking II (1710-1751). Kemudian dilanjutkan oleh cucunya Ki Bagus Sulaiman yang bergelar KRT Kolopaking III (1751-1790). Jabatan tumenggung dijabat oleh keluarga Kolopaking hingga Kolopaking IV (1790-1833).
Pada masa Kolopaking IV terjadi suksesi di panjer antara Kolopaking IV dan Arungbinang IV, yang berakhir dengan pembagian wilayah. Kolopaking mendapat bagian di Karanganyar dan Banyumas, sedangkan Arungbinang tetap di panjer. Sejak pemerintahan Arungbinang IV inilah panjer Roma dan panjer Gunung digabung Menjadi satu dengan nama Kebumen.
Di Banjarnegara, Jawa Tengah, ada stadion sepakbola yang menjadi markas kesebelasan Persibara Banjarnegara, Persires Banjarnegara dan Persires Bali Devata. Namanya Stadion Sumitro Kolopaking, terletak di Parakancanggah.
Stadion dengan kapasitas 10.000 orang ini mengambil nama Soemitro Kolopaking, bupati Banjarnegara periode 1927-1945, yang juga pernah menjadi anggota BPUPKI.
Soemitro Kolopaking pernah dipercaya Bung Hatta memimpin Biro Keamanan di bawah Kementerian Pertahanan. Saat itu tidak ada lagi Badan Intelijen sebesar BRANI. Juga, sebelum munculnya Badan Koordinasi Intelejen (BKI).
BRANI didirikan oleh Zulkifli Lubis pada tanggal 07 Mei 1946, sedangkan BKI dibentuk Bung Karno pada tanggal 05 Desember 1958.
Soemitro Kolopaking dikabarkan punya seorang anak yang juga
bekerja di bidang intelijen, bernama Poerboyo yang disapa Bob, satu angkatan dengan Kartono Kadri.
Selain Soemitro Kolopaking ada juga Soenaryo Kolopaking yang pernah diangkat sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia pada kabinet Sjahrir I. Namun, Soenaryo menyatakan menolak mengemban jabatan tersebut.
Nama Soenaryo Kolopaking kini diabadikan menjadi nama salah satu ruang rapat yang terletak di Gedung Dekanat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia lantai 3, dengan kapasitas sekitar 50 orang.
Soemitro dan Soenaryo kalah populer dari Novia Sanganingrum Saptarea Kolopaking, yang lebih dikenal dengan nama panggung Novia Kolopaking, pemeran sinetron Siti Nurbaya, pelantun lagu pop religi “Dengan Menyebut Nama Allah” dan isteri budayawan Emha Ainun Nadjib.
No comments:
Post a Comment
Karawang Portal | adalah tempat belajar blogger pemula dan profesional. Kamu bisa menemukan kami di sosial media berikut.
Note: Only a member of this blog may post a comment.